2010 ~ Losnito NEWS | SMP-SMA LOKON

Dibuka Siswa Baru SMP-SMA Lokon 2023-2024

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMP-SMA Lokon St. Nikolaus Tomohon TA. 2023-2024 TELAH DIBUKA

Graduation SMP Lokon 2022

Acara penamatan dimulai dengan Ekaristi Syukur di Gereja Lokon hanya beberapa meter dari Sporthall.

Graduation SMA Lokon 2022

Selasa pagi itu (10/5), acara penamatan (graduation) para siswa SMA Lokon Angkatan 18 meriah.

TIFF 2022 Marching Band Lokon Viral di Tiktok

Marching Band Lokon selalu tampil di setiap gelaran Tournament of Flowers (ToF) yang diselenggarkan oleh Pemkot Tomohon.

Walikota Tomohon Puji Alvin peraih Perak FLS2N

Dalam Instagram @officialcarollsenduk, Walikota Tomohon, Caroll Senduk memberikan pujian kepada Alvin Johny Dapa, Peraih Gitar Solo FLS2N

01 Desember 2010

LKTD Angkatan IX SMA Lokon

"Positive - Active - Smart"
Yel-yel kami!!!
LKTD kali ini sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Perbedaannya pada organisasi penyelenggaraan dan peserta tentunya. Menurut Ketua Panitia, kali ini LKTD diselenggarakan dengan semangat "POSITIVE-ACTIVE-SMART". Semangat ini, tidak hanya digumului oleh para peserta tetapi kepanitiaan bahkan sekolah. Lebih lanjut, Ketua Panitia, Reynaldi Moksidy, menjelaskan bahwa semangat itu berlaku pada saat pemberian materi, team building dan outbound. "Pada akhirnya LKTD mengarah pada pribadi sendiri yang siap memimpin dan dengan kepemimpinannya, ia berhasil dalam kehidupan." sambung sang Ketua Panitia.

Jalannya LKTD
Hari pertama, 4 Nopember 2010
Hari kedua, 5 Nopember 2010
"Ayo bikin huruf pakai badanmu!"
Panitia LKTD kelas XI
Hari Ketiga, 6 Nopember 2010
Pada hari ketiga ini, peserta LKTD diajak untuk mendalami materi kepemimpinan di arena outbound. Setiap kelompok memulai kegiatan di pos pertama di pintu masuk Jalan Salib Mahawu. Masing- masing kelompok diberi tugas untuk menyelesaikan materi dan sekaligus menampilkan yel-yel yang sudah disiapkan. Kemudian, melanjutkan ke pos berikutnya. Setiap pos diberikan tugas. Yang menarik dari pos itu adalah menggunakan jalur "trekking" melewati perbukitan sehingga masing-masing kelompok harus kerjasama mengatasi rintangan alam secara bersama. Adventure betul, jalur yang dilewati. 
Bagian kedua dari kegiatan outbound adalah Fun Games yang tidak kalah menantangnya. Kelompok harus kompak, tahu siapa yang memimpin, harus tahu siapa yang dipercaya untuk mengendalikan. Permainan outbond bukan sekedar fun saja melainkan ada makna yang diperoleh. 
Instruktur , Pemenang Fun Games dan Yel-yel terbaik
Permainan fun gamesnya adalah "maju-mundur", "lubang maut", "hulahop", "menara air", "air beracun", "kapal pecah", "pipa bocor" dll.



09 Oktober 2010

LOG: Lokon Olympic Games tradisi pertandingan antar unit Asrama


LOG adalah kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh OSIS bekerjasama dengan Asrama. Siswa-siswi dibagi dalam 4 kelompok unit di setiap asrama. Asrama Lokon terbagi dalam 4 unit Asrama, yaitu Aspi 1, Aspi 2 dan Aspa 1, Aspa 2. Masing-masing unit dikelompokkan dalam unit Veritas, Virtus, Fides dan Amor. Setiap unit terdiri dari beberapa anggota campuran siswa siswi dan kelas X A-F, XI IPA 1-3, IPS 1,2, XII IPA1,2,  IPS,1,2 dan Martikulasi. Jumlah seluruh siswa SMA Lokon ada 381 untuk tahun pelajaran 2010-2011.

Games-games yang dilombakan untuk tahun ini sangat menarik dan cukup bervariatif. 
  1. Sepakbola Putra-Putri
  2. Basket Putra-Putri
  3. Bola Dangdut Putra-Putri
  4. Catur
  5. Renang
  6. Tarik Tambang
  7. Tenis Meja.
  8. Bulu Tangkis.
  9. Lari Karung.
  10. Volley Putra-Putri
Kegiatan LOG ini sudah dimulai sejak hari Kamis Sore tangal 7 Oktober sampai 15 Oktober 2010. Pertandingan akan dilaksanakan setiap hari Kamis, Jumat dan Sabtu.
Jalanya pertandingan kali ini cukup seru. Setiap kali unitnya bertanding "yel-yel" setiap unit tidak ketinggalan disuarakan hingga suara ramai terjadi. Yang jelas, suasana pertandingan tidak kalah serunya dengan Lokon Cup. Bisa dibayangkan, jeritan dan supporter dari masing-masing unit silih berganti memberi semangat teman-temannnya bertanding. 

Semua itu memang sungguh disiapkan oleh OSIS sebagai panitia penyelenggara. OSIS yang baru saja dilantik bulan September 2010 yang lalu mulai berkiprah melalui acara LOG ini. Giovanny Gracia Theno, sebagai Ketua OSIS 2010-2011 mengakui hal itu sebagai awal kiprahnya memimpin teman-temannya.

    30 September 2010

    Semiloka Internasional: "INTERNASIONALISASI PENDIDIKAN DAN PROSPEKNYA DI INDONESIA"

    Sekolah-sekolah yang berlabel RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) saat ini sedang menaruh nasibnya pada pemerintah apakah akan diresmikan menjadi SBI (sekolah bertaraf internasional) atau tereliminir dari SBI. Betapa tidak. Seakan berlomba, 1.110 sekolah RSBI SD, SMP. SMA dan SMK di Indonesia memacu diri untuk memenuhi standard SBI yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Bantuan dana milyaran rupiah demi peningkatan kualitas pendidikan itu telah digelontorkan oleh pemerintah melalui Diknas, Pemda, Pemkot dan block grant. Maka tidak heran kalau setiap sekolah RSBI memoles diri dan berbenah untuk memenuhi Kriteria SBI: SNP, Guru, Kepala Sekolah, Sarpras, Kurikulum, Pembelajaran, Manajemen (berbasis TIK dan ISO), Evaluasi (daya saing Internasional), Lulusan, Kultur Sekolah, Pembiayaan.

    Yang menarik diperbincangkan adalah kecenderungan sekolah untuk membeli lisensi internasional dari pemasok sistem pendidikan luar negeri. Lisensi ini dibeli dan diadopsi ke sistem pendidikan agar siswa mendapatkan kemudahan untuk melanjutkan studinya di luar negeri. Yang paling banyak dipakai di sekolah-sekolah RSBI adalah IB, Cambridge dan Australian Curriculum. Akibat dari pembelian lisensi ini, sekolah harus siap dengan sarpras, biaya operasioanal dan sdm (tenaga pendidik dan kependidikan). Bahasa yang dipopulerkan tentang sistem pendidikan RSBI adalah SPN + X. Maksudnya adalah menggunakan Standard Pendidikan Nasional plus X (adopsi dan memakai lisensi kurikulum luar negeri).


    Semiloka Internasional yang berlangsung di Kampus UKSW Saltiga, 29-30 September 2010 bertujuan untuk memberikan gambaran sistem pendidikan di Australia (satu negara OECD) dan memahami konsep tentang SBI dan aplikasinya serta mencari solusi atas kendala-kendala pelaksanaan SBI di daerah. Di samping itu, peserta dibuka paradigmanya tentang pendidikan dari para pakar pendidikan.

    Peserta Seminar berjumlah 125 yang kebanyakan berasal dari Sekolah-sekolah RSBI di daerah Jawa Tengah seperti Temanggung, Kudus, Magelang, Salatiga dan dari Sulawesi berasal dari Makasar, Tomohon, Papua Barat (Sorong, Manokwari).

    Hari Pertama (29 Sept) peserta diajak untuk mengikuti Seminar:
    1. Sistem Pendidikan di Australia dan Internasionalisasi Pendidikan di Indonesia oleh Prof. Mervyn Hyde, PhD & DR (HC) Willi Toisuta, PhD
    2. Pengalaman dan Tantangan Penerapan Kebijakan SBI di Indonesia dan SBI di Indonesia Aplikasi dan Kendalannya oleh Prof. Dr. Slameto, PGSD FKIP UKSW Salatiga.
    3. Model Peningkatan Kapasitas Guru di Indonesia dan Australia, oleh Suzanne Burford dan Ir. Eka Simanjutak, MM
    Hari Kedua (30 Sept), peserta diajak untuk kunjungan ke sekolah SBI
    1. Kunjungan ke SMAN 1 Salatiga
    2. Presentasi dari Kepala Sekolah Mountainview ICS Salatiga dan Kepala Sekolah SMAN 1 Salatiga tentang pengalaman dan tanatangan Penerapan Kebijakan SBI
    Selama seminar berlangsung, peserta dibagi menjadi 4 kelompok untuk memperhatikan dan memperdalam tentang penerapan kebijakan SBI. Beberapa hal yang terus menjadi perbincangan adalah:
    • Sumber Daya Manusia: kendala yang dihadapi kapasitas guru untuk berbicara dalam bilingual, memenuhi standard 30 % guru yang S2, applicable in ISO
    • Kurikulum: lisensi sistem pendidikan luar negeri yang mahal, ISO selain mahal juga mendapat tantangan budaya kualitas sdm, tidak mudahnya mendapatkan sister school,
    • Pembiayaan: sumber dana mulai terbatas dan dibatasi
    • Sarana Prasarana: menciptakan sekolah yang green dan clean school
    Meski menghadapi tantangan-tantangan itu, banyak peserta menyadari bahwa meningkatkan kualitas pendidikan  di Indonesia harus dimulai dari sekarang. Apapun tantangan, hambatan dan kendala dalam mewujudkan sekolah menjadi SBI, tetap harus memiliki keyakinan dan semangat bahwa kelak di kemudian hari siswa-siswa kita akan semakin maju dan tidak kalah pandainya dengan sekolah-sekolah Internasioal di luar negeri.

    Beberapa Catatan
    1. Antusiasme dari para utusan sekolah-sekolah dalam upaya untuk "Internasionalisasi Pendidikan" di sekolahnya, tampak bersemangat meski menghadapi tantangan manajemen, sarpras dan beaya yang besar.
    2. Sister school atau membangun kemitraan dengan Sekolah di Luar Negeri, sangat diperlukan dalam upaya menjaga bobot "internasional" sekolah. UJntuk itu, sekolah dianjurkan proaktif menjalin komunikasi dan koordinasi dengan sekolah-sekolah luar negeri supaya bisa dijadikan sister school.
    3. Double Sertifikat/Degree (Standard Pendidikan Nasional dan Standard Luar Negeri) menjadi "ciri khas" bahwa sekolah di Indonesia memang berstandard Internasional.
    4. Pengembangan profesional bagi guru-guru SBI bisa kerjasama dengan University of the Sunshine Coast, Queensland, Australia. Hal ini sudah dilakukan oleh Pemerintah Papua Barat dengan mengirim guru-guru sekolah negeri ke program ini selama 8-13 minggu.


    Opini: INTERNASIONALISASI PENDIDIKAN INDONESIA, MAJU KENA MUNDUR JUGA KENA?

    Menurut data Education Development Index (EDI) yang diterbitkan UNESCO pada 2007, peringkat Indonesia mengalami penurunan dari peringkat 58 menjadi peringkat 62 dari antara 130 negara.  Skor EDI Indonesia adalah 0,935 yang lebih rendah daripada Malaysia (0,945) dan Brunei Darusalam (0,965). Hal ini mendorong para penanggungjawab dan pelaku pendidikan di Indonesia untuk berupaya mendesain berbagai program dan kebijakan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan ke arah yang lebih baik.

    Salah satu kebijakan pemerintah pusat dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia adalah penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) [Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003  pasal 50 ayat (3) dan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 pasal 61 ayat (1)]. Kebijakan SBI diharapkan dapat menjadi faktor pendorong bagi Pemerintah Pusat dan Daerah (Propinsi dan Kabupaten) guna meningkatkan kualitas sekolah-sekolah di Indonesia.

    Di Indonesia, sekolah bertaraf internasional diawali dengan didirikannya sekolah-sekolah yang disiapkan khusus untuk menampung siswa-siwa asing, yang orangtuanya bekerja sebagai diplomat asing ataupun bekerja di perusahaan-perusahaan multinasional seperti Jakarta Internasional School (JIS), yang didirikan tahun 1951. Sejak itu, mulai bermunculan berbagai sekolah bertaraf/berstandar internasional di Indonesia, baik yang didirikan oleh kantor-kantor Kedutaan Besar asing maupun oleh lembaga-lembaga swasta (domestik dan asing) yang bergerak di bidang pendidikan.

    Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Nasional mendefinikan SBI sebagai satuan pendidikan yang diselenggarakan dengan menggunakan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan standar salah satu Negara anggota OECD dan atau negara maju lainnya (X), yang dirumuskan :SNP + X

    Walapun berbagai peraturan terkait SBI telah diterbitkan, namun belum ada panduan operasional yang jelas untuk mencapai standar tersebut. Dibangunnya faktor ’X’ oleh masing-masing SBI yang ada di Indonesia mengakibatkan sistem dan model yang dianut oleh masing-masing sekolah jadi berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya, yang akhirnya berdampak pada kualitas pendidikan dan lulusan yang tidak seragam.

    Saat ini di seluruh Indonesia sudah terdapat puluhan bahkan ratusan sekolah bertaraf internasional dengan menggunakan sistem yang berbeda-beda. Kurang lebih ada 3 (tiga) sistem yang paling banyak digunakan oleh sekolah-sekolah bertaraf internasional di Indonesia yaitu Internasional Baccalaureate (IB), Cambridge, dan Australian Curriculum

    Bagi lembaga-lembaga swasta, membeli lisensi dari lembaga-lembaga pemasok sistem pendidikan sekolah internasional bukanlah hal yang sulit. Namun untuk sekolah-sekolah milik pemerintah (negeri), lembaga-lembaga sosial atau keagamaan, biaya lisensi merupakan masalah besar. Selain mahal, pemilik lisensi menetapkan prasyarat yang tinggi bagi guru dan fasilitas yang harus dimiliki sekolah. Tidak heran jika harga sekolah bertaraf internasional yang memiliki lisensi di Indonesia sangat tinggi sehingga hanya bisa diakses oleh golongan masyarakat tertentu saja. Oleh sebab itu, sekolah bertaraf internasional sering dinilai sebagai bentuk dari kastanisasi pendidikan. Menyikapi tingginya harga lisensi sistem pendidikan internasional, Pemerintah Indonesia berencana untuk membeli lisensi salah satu sistem pendidikan internasional untuk digunakan secara luas di Indonesia. Namun demikian, tindakan ini tidak akan sepenuhnya menyelesaikan masalah penyelenggaraan SBI di Indonesia karena di samping lisensi, harus disiapkan juga sistem lain seperti sarana dan prasarana, biaya operasional, dan sumber daya manusia.

    Bertolak dari kondisi tersebut di atas, dalam rangka Dies Natalis Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) ke-54, maka Yayasan Bina Dharma (YBD) dan Pusat Studi Kawasan Timur Indonesia-Universitas Kristen Satya Wacana (PSKTI - UKSW) bekerjasama dengan Willi Toisuta and Associates (WTA) dan University of the Sunshine Coast (USC)-Australia, mengadakan Seminar dan Workshop dengan tema ”Internasionalisasi Pendidikan dan Prospeknya di Indonesia”. Melalui Seminar ini, diharapkan para pelaku pendidikan di Indonesia dapat memahami konsep SBI yang diperkaya dengan gambaran sistem pendidikan di Australia sebagai salah satu negara OECD, serta tantangan dan pengalaman membangun sekolah bertaraf internasional di berbagai daerah di Indonesia.  

    22 September 2010

    Mengunjungi "Boarding School" di Jawa Tengah

    Hari Senin ini, 20 September 2010 saya kunjungan ke sekolah berasrama yang sudah terkenal di Jawa Tengah dan Indonesia.

    Yang pertama, ke SMA "berasrama" Taruna Nusantara di Magelang yang lokasinya berdekatan dengan Akademi Militer (AKMIL). Yang kedua saya akan datang ke SMA "berasrama" Van Lith di Muntilan di kaki Gunung Merapi. 

    Saya berangkat dari Semarang jam 7 pagi, ketika para pelajar mulai masuk sekolah setelah lebih dari seminggu menikmati liburan lebaran yang penuh berkah dan saling bersilaturahmi. Perjalanan menuju ke kota Magelang berjalan dengan lancar.

    Jam 9.30. Tampak langit tidak begitu bersahabat. Hujan lebat ketika mobil memasuki kota "gethuk" Magelang. Tapi setelah memasuki jalan utama kota, hujan reda. Sinar matahari siang mulai terasa panas. Saya langsung turun dari mobil dan melapor pada secuirty yang menjaganya.

    "Mau ketemu siapa pak?" Jawab saya, "Kepala Sekolah, bisa?" Petugas dengan mengenakan baju biru laut dan celana biru doger bertanya pada saya, "sudah ada janji?" Lalu saya jawab. "belum". Tanpa panjang lebar saya disuruh meninggalkan KTP di pos sekuriti dan dipersilakan masuk dan bertemu dengan Bagian Humas Sekolah.

    Saya berjalan menuju ke ruang Humas. Di ruang itu saya menyerahkan surat tugas saya dan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan saya. Dengan ramah, akhirnya Pak Us, bagian Humas mengatakan, "silakan besok Rabu datang ke sini". Saya mengangguk dan langsung pamit meninggalkan kampus SMA Taruna. KTP saya ambil di sekuriti. Lalu, melanjutkan perjalanan menuju ke sekolah berasrama Van Lith di Muntilan.

    Tidak kurang dari 30 menit saya sudah sampai pintu gerbang sekolah berasrama "Van Lith" Muntilan. Kembali saya berhadapan dengan sekuriti. Sekali lagi KTP saya diminta dan ditukar dengan tanda pengenal bertulis kan "tamu" yang kemudian saya kalung-kan di leher saya. Dengan tanda ini saya diarahkan menuju ke TU Sekolah. Sesampainya di TU saya serahkan surat tugas dan saya dipersilakan duduk di kamar tamu sambil menunggu Kepsek. Tidak lama kemudian petugas TU mempersilakan saya menuju ke kantor Kepsek. 

    Maksud dan tujuan kedatangan saya sampaikan kepada Bruder Warto FIC. Lalu saya ditawari untuk wawancara singkat dengan Kepala Asrama Putri.

    Singkatnya besok atau hari Selasa saya disuruh datang lagi jam 10 di sekolah ini. Setelah janji pertemuan ini lalu saya pulang kembali ke kota Semarang. Tak lupa KTP saya ambil di sekuriti ditukar dengan tanda 'tamu" yang tadi saya pakai.

    SMA Van Lith sudah ber ISO 9000:2008
    UNIT ASRAMA PUTRI VAN LITH
    Selasa, 21 September 2010, pukul 9.30 wib saya sudah berjumpa dengan sekuriti dan kemudian diarahkan menuju ke asrama putri di luar kampus sekolah jaraknya 500 meter dari sekolah. Sr. Karina CB, Kepala Asrama Putri SMA Van Lith menyambut kedatangan saya di ruang tamunya.

    Di ruang tamunya saya banyak bertanya dan Suster dengan senyum menjawab pertanyaan yang saya ajukan tentang pengelolaan asrama putri.

    "Boleh saya berkunjung ke asramanya?" tanya saya kepada Suster. Dari raut wajahnya Suster agak keberatan, (mungkin karena saya laki-laki) meski akhirnya Suster menemani saya mengunjungi unit-unit asrama putri. Pertama saya diajak ke unit Putri kelas X. Masuk ke salah satu unit yang dihuni 20 siswa. Meja makan dan meja belajar satu tempat. Tempat tidur susun ada sepuluh untuk 20 siswa. Locker-locker berada di gang luar. Tempat sepatu dan sandal ada di luar rumah.

    Kemudian saya diajak suster ke belakang di unit Rumah Baru yang dihuni oleh siswi kelas XII. Unit ini memang bangunan baru dengan perlengkapan yang lebih tertata rapi dibandingkan dengan unit lain.

    Saya juga mengunjungi ke asrama putra yang letaknya terpisah dengan asrama putri. Bangunan asrama putra menyatu dengan sekolah. Di sini saya diantar oleh Pak Goro. Bruder Warto yang merangkap juga sebagai kepala Asrama Putra sedang ada meeting di Diknas Semarang. Di asrama putra, saya diantar untuk melihat kamar tidur, locker, kamar mandi dan juga bangunan baru untuk siswa kelas XII yang sudah dilengkapi dengan ruang belajar.

    Oh ya, sama dengan asrama putri, Asrama Putra juga mempunyai lapangan basket. Cuma sayang peminat basket tidak terlalu banyak, kata Suster dan disetujui oleh Pak Goro.


    SMA Taruna Nusantara, Magelang Jawa Tengah
    Rabu, 22 September 2010, pukul 09.00 wib saya sudah masuk di kantor Humas SMA Taruna.Saat saya menunggu pak Us, saya inisiatif sms pak Agung, yang eks-guru bahasa Indonesia di Lokon. Sambil menunggu Bapak Us saya bercerita dengan pak Agung. Tidak lama kemudian Pak Adri bergabung dengan kami. Rupanya pak Agung memberitahukan tentang kedatangan saya di SMA Taruna. Tidak hanya pak Adri, Pak Yo dan Bu Andrias juga diberi tahu, Saya kenal beliau karena pernah memberi bimbingan belajar kepada para siswa di SMA Lokon.

    SMA Semesta Semarang

    Setelah meninggalkan KTP di sekuriti saya dipersilakan menuju ke Ruang Kaca yang jaraknya kurang lebih 300 meter dari Sekuriti. Setibanya di ruang kaca saya langsung menuju ke front office yang letaknya masih ke dalam dari ruang tamu. Saya utarakan maksud dan tujuan kedatangan saya dan saya dipersilakan menunggu di ruang tamu.

    Sementara menunggu, saya kagum dengan ruang kaca ini, Interior ruangan ini sangat bagus. Dinding-dinding ruang ini dipenuhi dengan tanda penghargaan dan medali yang diraih oleh para siswa. Lemari kaca yang berisi piala-piala kejuaraan lokal, nasional dan dunia berukuran cukup besar diletakkan di sisi kanan-kiri ruang ini. Siapa pun yang melihat piala, piagam, sertifikat yang dipasang dengan rapi di ruang tamu akan langsung merasakan aura prestasi sekolah ini.

    Tak lama kemudian Bapak Moh Haris menyambut saya. Dengan  ramah dan senyum yang khas beliau bercerita tentang bagaimana perjuangan sekolah Semesta ini  diakui prestasinya oleh semua pihak. SMP/SMA Semesta adalah sekolah boarding school. Sekolah ini bekerja sama dengan NGO dari Turki yang sungguh moderat. Meski kerja sama dengan NGO Turki tapi, sekolah ini nasional dan multi agama.




    02 September 2010

    Foto-foto: LOMBA ANAK BANGSA, HUT Kemerdekaan RI ke 65 th

    Ibu Guru ikutan Lokon Idol...

    Pak Guru seperti Ariel

    Vocabulary Building

    Ekspresi peserta Lokon Idol..!!

    Lokon Idol

    31 Agustus 2010

    Dari Bellah, Mimika, Papua ke SMA Lokon

    Terus terang, saya sungguh bangga dilahirkan di pedalaman Bellah, Kabupaten Mimika, Papua pada tanggal 25 Juni 1992. Lebih bangga lagi saya mempunyai ibu yang bernama Julibeta Balinol dan ayah yang bernama Samuel Amisim. Saya anak ketiga. Saya hidup di keluarga yang memeluk agama Kristen Protestan. Nama saya Konianus Amisim. Sehari-hari teman saya memanggil saya, Konny.

    Ketika saya masih berusia 6 tahun, di kampung saya di Bellah terjadi perang antara OPM dengan tentara Indonesia. Saya masih ingat suasana saat itu sangat mencekam. Di sana-sani tampak berantakan. Tidak sedikit banyak korban dari kedua belah pihak. Perang ini bergejolak selama satu tahun, yaitu tahun 1997. Tidak hanya itu, perang ternyata meluas sampai di kampung Alamah yang jarak tempuh dari Bellah selama 3 hari.
    Karena keamanan kurang terjamin di kampung kelahiran saya maka, orang tua mengungsikan saya dan kakak saya menuju ke kota Timik dengan pesawat Helikopter pemerintah sekitar 1 jam lamanya.
    Kehidupan baru di kota Timika, Kabupaten Mimika mulai saya jalani bersama kakak-kakak saya dan orang tua saya. Saya kemudian sekolah di SD Inpres Mimika 9 pada tahun 1999. Tahun 2005 saya tamat dari SD. Lalu, saya n melanjutkan ke SMP N 3, di daerah SP 5, Timika.

    Ada pengalaman yang membuat saya trauma dan sedih. Ketika saya duduk di kelas 3 SMP, terjadi peperangan antar suku Dani dan Damal di Koamkilama. Perang suku ini berkobar begitu hebat sehingga saya pindah sekolah dan tidak bisa menamatkan di SMP itu.
    Karena Susana perang itu, saya pindah sekolah di SMP Negeri Agimuga, sebelah Barat Timika. Jarak Timika ke Agimuga dua hari perjalanan pakai “Jonson” atau perhau bermotor. Saya ingat waktu itu kami pindah bersama dengan teman-teman saya yang berjumlah 15 orang. Saya ingat dua nama yang sekarang sama –sama sekolah di SMA Lokon St. Nikolaus, Tomohon, Sulawesi Utara. Yaitu Editha Degin, Izak Masawarol. Di SMP Negeri Agimuga, saya lulus mengikuti ujian nasional pada tahun 2008.

    Pada waktu saya tinggal di Agimuga inilah saya mendengar berita tentang tes penerimaan bagi mereka yang mau melanjutkan studi di ke SMA atau Perguruan Tinggi, yang diselenggarakan oleh LPMAK. Oleh karena itu, saya lalu turun ke Timika untuk mengikuti tes di LPMAK dan akhirnya saya dinyatakan lulus tes masuk SMA Lokon St. Nikolaus Tomohon, Sulawesi Utara. Betapa senang saya diterima di SMA Lokon itu meski saya tidak mempunyai bayangan sedikitpun tentang situasi dan kondisi sekolah.

    29 Agustus 2010

    Team Basket Putra "Lovenito" SMA Lokon Menjuarai SMANSA Cup 2010

    Manado, Sabtu, Agustus 28, 2010 Rombongan Team Basket Putra dan Putri "Lovenito" SMA Lokon pada pukul 08.00 wita sudah siap berangkat menuju ke SMA Negeri I Manado. Coach Roland Lengkong dengan 2 guru Olah Raga, Bp. Marcellino Rommy Datu dan Bp. Hanny Tuerah siap mendampingi team basket itu menuju ke pertandingan akhir di SMANSA Cup 2010.

    Kali ini, team basket putra "Lovenito" juara Lokon Cup 2010 akan berhadapan dengan finalis lainnya dari SMAN "phoniex"  Amurang. Sedangkan team putri berebut juara III dan IV melawan MIS. Perjuangan team basket putra SMA Lokon yang juga merupakan Champions team putra DBL 2010, patut diancungi jempol. Betapa tidak, berbekal dengan latihan sehari-hari dan menjaga kondisi badan yang fit mereka terus mengukir prestasi dalam setiap pertandingan Basket.

    Di SMANSA Cup, team basket putra SMA Lokon bermain tanpa target. Yang penting bermain sebaik mungkin, kompak dan disiplin dalam menjalankan peran dan tugasnya di lapangan. Itu prinsip. Justru dengan bermain tanpa beban seperti itu dan mempertahankan permainan yang terbaik, akhirnya team "Lovenito" menjadi juara pertama di SMANSA Cup 2010 dengan mengalahkan finalis SMAN Amurang dengan selisih nilai 20 untuk team Lovenito.

    Sementara team basket putri "Lovenito" SMA Lokon menjadi juara III.