LOSNITO - “Amuba!” teriak salah satu Panitia MOS (Masa Orientasi Sekolah) kepada para siswa baru yang sedang berbaris. Serentak para amuba merespon dengan menghentakkan kakinya tiga kali dan kemudian dengan tangannya, memberi hormat kepada Senior sambil menjawab “Siappp Kakkk!”
Dibuka Siswa Baru SMP-SMA Lokon 2023-2024
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMP-SMA Lokon St. Nikolaus Tomohon TA. 2023-2024 TELAH DIBUKA
Graduation SMP Lokon 2022
Acara penamatan dimulai dengan Ekaristi Syukur di Gereja Lokon hanya beberapa meter dari Sporthall.
Siswa Lokon sabet Juara di STIBA
Juara 1 Pidato Bhs Inggris, Juara 2 Puisi Bhs Inggris dan Juara 2 Siswa Teladan Iven STIBA 2024
TIFF 2022 Marching Band Lokon Viral di Tiktok
Marching Band Lokon selalu tampil di setiap gelaran Tournament of Flowers (ToF) yang diselenggarkan oleh Pemkot Tomohon.
Walikota Tomohon Puji Alvin peraih Perak FLS2N
Dalam Instagram @officialcarollsenduk, Walikota Tomohon, Caroll Senduk memberikan pujian kepada Alvin Johny Dapa, Peraih Gitar Solo FLS2N
23 Juli 2013
MOS Itu, Awal dari Pembentukan Karakter Lho!
LOSNITO - “Amuba!” teriak salah satu Panitia MOS (Masa Orientasi Sekolah) kepada para siswa baru yang sedang berbaris. Serentak para amuba merespon dengan menghentakkan kakinya tiga kali dan kemudian dengan tangannya, memberi hormat kepada Senior sambil menjawab “Siappp Kakkk!”
Suara panggilan ke amuba, berikut jawabannya itu terus
berlangsung selama sepekan sejak Senin hingga Jumat (19/7). Suasana kampus
sekolah SMP/SMA selama sepekan menjadi riuh seru karena penyelenggaraan MOS
itu.
Ada korban? Ada bullying? Ada tindakan anarkis? Ada arogansi
para senior? Pertanyaan-pertanyaan ini memang dirasakan sangat miris bagi dunia
pendidikan. Tak urung, penyelenggaraan MOS menuai pro dan kontra ketika ada
peserta yang meninggal dunia saat melaksanakan kegiatan itu.
Saya ingin berbagi cerita tentang bagaimana MOS dikelola
dengan semangat kekeluargaan dan berkelanjutan di lingkungan sekolah berasrama.
Panitia MOS
Panitia untuk MOS Amuba (siswa baru kelas X) diserahkan ke
kakak kelasnya yaitu siswa kelas XII. Atau dua angkatan di atasanya. Seperti
kemarin yang menjadi Amuba adalah angkatan XII, sedangkan panitianya dari
angkatan X (Excellent).
Dengan cara demikian, tercipta hubungan “kakak-adik” seperti
dalam keluarga. Tak jarang dengan model ini terjalin ikatan emosional dan
psikologis yang berguna ketika amuba ditempatkan di ruang tidur bersama kakak
kelasnya. Oh ya setiap kamar di asrama di isi enam siswa dan setiap kamar ada
tutornya (kakak kelas).
Kegiatan MOS
Karena sekolah berasrama (boarding school) maka kegiatan MOS
diselenggarakan agak berbeda dengan sekolah yang tak berasrama. Saat MOS, posisi
amuba sudah menghuni di asrama dan praktis dibiasakan mengikuti jadwal harian
di asrama dan sekolah. Kondisi seperti ini memudahkan untuk menyusun kegiatan
MOS yang tak jauh berbeda dengan MOS tahun lalu.
“Saya menekankan bahwa kegiatan MOS itu adalah awal dari
proses pembentukan karakter sebagai Siswa Lokon” kata Ignas Gumansalangi, ketua
Panitia MOS SMA 2013-2014 yang sekaligus Ketua OSIS.
Karakter yang dimaksud itu, tak lebih dari upaya pihak
sekolah melalui panitia MOS untuk membiasakan para siswa baru dengan lingkungan
baru yang nantinya akan dia huni hingga tiga tahun ke depan. Karena lingkungan
“baru” nya itu lingkupnya luas dan melibatkan hampir 600 orang, maka dibutuhkan
pembiasaan-pembiasaan untuk siswa baru agar tidak kaget dengan lingkungan yang
dihadapi.
Budaya Menyapa
Tak usah heran, jika anda berpapasan dengan siswa Lokon,
anda akan disambut dengan sapaan seperti ini, “Selama Pagi, Pak. Selamat Pagi,
Bu. Selamat Pagi Kak”.
Budaya menyapa ini menjadi awal dari sebuah komunikasi. Karena
itu dibutuhkan keberanian untuk berbicara lebih dahulu. Keberanian inilah yang
kemudian dikembangkan menjadi berani berbicara di hadapan umum dan menanamkan
dalam diri anak sikap pro aktif dan suka bertanya (bukan sekedar bertanya).
Para tamu sekolah tak jarang merasa senang diperhatikan
dengan sapaan ini oleh semua penghuni di kampus. Begitulah kami membangun
sebuah budaya.
Kebiasaan Antri
Antri tak lagi dilihat sebagai kondisi giliran saja tetapi
sudah menjadi budaya dimana-mana. Dalam kehidupan bersama seperti di asrama dan
sekolah, siswa tak jarang harus antri karena situasi menuntutnya untuk antri.
Misalnya, saat mengambil makan yang ditata denan model prasmanan, keluar dari
ruang pertemuan melalui satu pintu, ujian lisan, dll.
“One line. Jalan berbaris menuju ke ruang makan” teriak
salah satu Panitia MOS memberi aba-aba untuk ke dining room, karena waktu untuk snak telah tiba. Baris satu-satu
(one line) menjadi salah satu cara untuk menanamkan budaya antri yang baik.
Motivasi Training
Dr. Chatief Kunjaya,
Presiden IOAA (International Olympiad on Astronomy and Astrophysic) memberikan
semacam motivation training di hadapan para amuba SMA/SMP di sporthall.
Kehadiran Dr. Chatief Kunjaya, yang juga pemangku Obervatoirum Bosscha dan
dosen ITB, ke sekolah Lokon dalam rangka
mempersiapkan Olimpiade Astronomi Asia Pasifik (APAO), 23-30 November 2013 yang
akan diselenggarakan di kampus Lokon.
Para alumni (Angkatan 9) yang sedang kuliah di berbagai
tempat baik di luar negeri dan Indonesia juga hadir untuk sharing pengalaman
suka dukanya mengikuti kuliah.
Outbound
Selain pengenalan berbagai fasilitas sekolah dan asrama serta
operasionalnya, siswa juga diajak untuk kegiatan outbound atau aktivitas di
luar kampus. Kegiatan outbound merupakan puncak dari fun-games yang diadakan
sebelumnya.
Panitia MOS menganggap outbound ini merupakan kegiatan klimaks
dari seluruh rangkaian acara MOS selama sepekan. Karena itu, setting acara
memang dipersiapkan dengan baik tanpa meninggalkan tujuan utamanya adalah
kepemimpinan, kerja sama, kekompakkan, persaudaraan, kekeluargaan, sportifitas
dan rekreasi.
Siswa diajak berjalan kaki menuju ke sebuah taman luas yang
bisa menampun ratusan orang. Kebetulan kami memiliki taman Kelong yang berjarak
sekitar 30 menit dari sekolah. Mereka berjalan berbaris per kelompok.
Sesampainya di Kelong, panitia mengecek fisik setiappeserta.
Bahkan diumumkan bagi peserta yang fisiknya kurang sehat, diharap untuk tidak
ikut kegiatan dan beristirahat di tenda dalam perawatan tim medis.
Kenyataannya, dari 150 siswa peserta MOS hanya ada lima yang tidak ikut
berjalan kaki dan ada dua yang tidak ikut outbound dengan alasan sakit. Masalah
kesehatan para peserta menjadi perhatian panitia MOS dan berada dalam
monitoring tim medis sekolah.
Acara pertama adalah masing-masing kelompok menampilkan
Yel-yel. Supaya tidak mononton, biasanya panitia memanggil satu peserta untuk “menghibur”
para pendamping. Ini bukan bullying tetapi cara ini adalah salah satu usaha
panitia mencari siswa-siswa yang berbakat dalam memimpin. Ada target setelah
MOS, akan terpilih satu orang pemimpin untuk angkatannya dan ini sudah diseleksi
sejak MOS dimulai.
Yang masuk dalam nominasi biasanya “digoda” dan diplonco
untuk menunjukkan keberaniannya, tanggungjawab dan sportifitasnya. “Seorang
pemimpin harus berwibawa di hadapan teman-temanya” lanjut Ignas.
Selain yel-yel, masing-masing kelompok menjalani permainan merayap
di tanah becek, mencium bumi pertiwi, memindahkan air lumpur dari depan ke belakang.
Pakaian menjadi kotor sudah merupakan bagian dari outbound.
Puncaknyanya adalah pembalasan kepada panitia atau seluruh
siswa kelas XII yang berkumpul dalam satu tempat dan kemudian diserbu oleh
peserta untuk dikotori dengan lumpur. Bagian ini diberi waktu hanya 8 menit
saja. Tak boleh lebih. Ini bagian MOS yang paling seru dan setelah itu tak ada
lagi balas dendam. Hubungan kakak adik dalam keluarga besar mengunci kegiatan
MOS dalam semangat persaudaraan.
Penutupan MOS ini melihatkan para guru, pamong dan staf
Yayasan. Bahkan, seluruh siswa kelas XI wajib datang karena tahun depan
merekalah yang akan menjadi panitia. Diharapkan, dengan melihat penutuan MOS, mereka
bisa merancang kegiatan MOS tahun depan lebih kreatif dan bermanfaat. Suasana
penutupan MOS makin menarik dengan kehadiran alumni angkatan 9 (yang dulu
memberi MOS buat panitia) juga hadir menyaksikan.
Kegiatan MOS ini menjadi awal untuk kegiatan lanjutan lainnya
seperti LKTD, Bakti Sosial, Live-in, dan Retreat. Begitu seterusnya, sehingga
MOS menjadi bagian dari program pembentukan karakter.
20 Juli 2013
Foto-foto MOS Angkatan XII SMA Lokon
LOSNITO - Semangat "Kurikulum Berbasis Kehidupan" mewarnai kegiatan Masa Orientasi Siswa Baru Tahun Pendidikan 2013/2014 di Persekolahan SMP/SMA Lokon St. Nikolaus.
Yang mengikuti MOS SMA berjumlah 63 siswa 66 Siswi. Mereka berasal dari berbagai daerah di Sulawesi Utara, Papua (Jayapura, Manokwari, Sorong, Timika), Maluku, Kalimantan, Makasar dan Bandung.
MOS diselenggarakan oleh OSIS. Tujuan utamanya adalah pengenalan kampus, yang meliputi asrama dan sekolah. Termasuk diperkenalkan tentang laundry, perpustakaan, laboratorium, fasilitas olah raga.
Tak hanya itu saja. Yang cukup seru adalah bagaimana OSIS membentuk karakter para siswa baru sebagai siswa Lokon sejati.
Ciri khas siswa Lokon adalah:
- siswa diajak selalu menyapa dan memberi hormat lebih dahulu, kepada setiap orang yang dijumpai, (tamu, guru, pamong, karyawan dan pimpinan Yayasan) dengan mengucapkan "Selamat Pagi, Selamat Siang. Selamat Sore, Selamat Malam";
- siswa diajak menjaga kebersihan lingkungan dengan memungut sampah yang dijumpai dan membuang di tempat sampah yang disediakan;
- setiap siswa Lokon bagian dari keluarga Losnito yang bersikap saling menolong, saling membantu dan saling kerjasama sebagai satu keluarga;
17 Juli 2013
Ikut Tim Basket DBL 2013, Siswa Lokon Gratis ke Amerika
Gabriel Senduk kelas XI SMA Lokon (berbaju putih) |
LOSNITO - Perhelatan DBL 2013 sudah usai. Tapi masih menyisakan kegembiraan bagi para pemain basket putra-putri yang terpilih menuju ke Surabaya untuk diseleksi masuk ke Tim DBL Indonesia 3013.
Persaingan ketat meraih "wildcart" tak mudah. "Awalnya dibentuk tim DBL North Sulawesi yang diseleksi dari sekolah-sekolah peserta DBL Sulut. Setelah mendapatkan 6 pemain putra dan putri terbaik dari berbagai sekolah peserta DBL, kemudian team ini dikirim ke Surabaya untuk TC (Training Centre) BBL Camp bagi pemain yang akan ke Amerika. Saya bersyukur terpilih masuk tim yang dikirim ke Amerika" cerita Gabriel Senduk dengan semangat.
Postur tubuhnya yang lebih dari 193 centimeter, memang berpontensi terpilih di samping skillnya yang bagus dalam mengocek bola Basket. Gabriel tak sendiri. Ia ditemani oleh Andre Rorimpandey (Dobos Bitung).
"Dengan terpilihnya 24 pemain DBL Indonesia All Star tadi malam, selesai sudah rangkaian DBL Camp 2013. Bagi tim pelatih dari World Basketball Academy (WBA) Australia, DBL Camp tahun ini sangat sulit menentukan yang terbaik, baik itu penyelenggaraan maupun kualitas pemain yang terpilih. Memilih 28 di antara 247 pemain memang sulit. Tapi, saya kira luar biasa rasanya. Saya pikir DBL Camp adalah yang terbaik di dunia,” ungkap Vlahov dalam farewell party DBL Camp di Hotel Singgasana, Surabaya.
"Pujian tersebut tidak keluar dari mulut sembarangan orang. Vlahov adalah legenda besar basket Australia. Ia pernah membawa tim Perth Wildcats tiga kali menjadi juara NBL Australia. Dia juga pernah membela tim nasional Australia dalam empat hajatan Olimpiade (1988, 1992, 1996, dan 2000). Commissioner DBL yang juga Dirut Jawa Pos Azrul Ananda menceritakan, ia bertemu Vlahov di Australia pada 2008. Dari situ, kerja sama berlanjut dengan kehadiran Vlahov serta beberapa pelatih Negeri Kanguru untuk membantu DBL Camp 2010" seperti yang dikutip oleh Manado Post yang lalu.